HASIL KAJIAN ILMIAH KOTA BANJAR
Dari hasil kajian Ilmiah tentang isu social pendidikan yang diadakan di Jl. Gudang no 36 Kota Banjar tepatnya di Toko Gordyn Sabar Jaya Putera yang isu social pendidikanya adalah :
- Belum meratanya kesempatan akses pendidikan.
- Masih rendahnya mutu pendidikan pada semua jenjang.
- Masih banyaknya lulusan pendidikan yang belum siap memasuki kehidupan ditengah - tengah masyarakat.
- Masih rendahnya pemanfaatan IPTEK.
Menghasilkan solusi dari beberapa argumentasi yang
disampaikan oleh para audience diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Political will anggaran kepala daerah. Political will pemerintah adalah salah satu keberhasilan pendidikan
karakter bangsa Persoalan
karakter akhir-akhir ini sangat memprihatinkan kita bersama, hal
ini yang mendasari pembicaraan di Kajian Ilmiah yang dilaksanakn di
kediaman kang Nana Supriatna pada hari Kamis 19.30 WIB tgl 19 Januari 2017.
Beliau menyampaikan “Dengan realitas degradasi moral yang ada maka sangat
relevan menyoal pendidikan karakter dengan harapan dapat menghasilkan out
put yang bermoralitas tinggi. Upaya itu juga mestinya di iringi dengan
pembekalan ESQ bagi siswa/mahasiswa baru” Kajian Ilmiah ini juga dihadiri oleh
warga dan HMJ Ilmu Pemerintahan yakni Fahri juga dihadiri dari dosen STIT
MUHAMADIYAH Bpk GERY GARYADINA M S.Sos., M.M dan beberapa guru dari sekolah MI
AL-KASYAF Bapak Syawwal sekaligus juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam. Selain
itu juga Ketum HMI Cabang persiapan kota Banjar Jajang dalam sesinya menekankan
tentang pentingnya karakter bangsa dibangun. Hal ini disampaikan dengan
mengajak peserta menengok kembali ke pemerintahan Bung Karno. Pasca
merdeka, Bung Karno telah melakukan nation and character building.
Seperti halnya kondisi Amerika Serikat , yang 200 tahun lalu juga
melakukan nation and character building. Di Indonesia Bung
Karno meski melakukan proyek mercu suar, hal ini juga sebagai identitas
dan kebanggan bangsa. Untuk itu setiap warga negara harus bangga kepada
bangsa dan negaranya. Pembangunan karakter adalah proses yang
harus berjalan terus menerus dan hidup pada diri setiap warga negara.
Seorang pemimpin menjadi sangat berperan dalam membangun karakter bangsa.
Di sisi lain, peran media diharapkan selain bertugas melakukan
kontrol dan koreksi juga mampu menawarkan solusi.
2.
Mematrikan system dan tidak adanya
bongkar pasang Kurikulum. Menjelang berakhirnya masa pemerintahan presiden SBY,
Kemendikbud meluncurkan sebuah kurikulum baru. Kalau dipikir agak mendalam,
perubahan kurikulum ini agak terlambat, yah, tapi inilah Indonesia, lebih baik
terlambat daripada tidak. Kurikulum 2013 lah CBSA lah itulah kira-kira nama
kurikulum yang katanya akan mencetak generasi emas Indonesia menyongsong
seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Bongkar pasang
Kurikulum dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia adalah hal yang sangat
wajar. Kurikulum di Indonesia antara lain 1968, 1975, 1984, 2004, 2006, dan
terbaru Kurikulum 2013. Kurikulum bukanlah sesuatu yang permanen dan tidak bisa
dirubah. Perubahan kurikulum bukan hal yang baru. Memang kurikulum perlu
dirubah apabila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan, dunia
kerja dan perubahan zaman. Kita tidak mungkin menggunakan kurikulum 1968
ditahun 2017. Akan tetapi perubahan kurikulum di Indonesia sebagian besar lebih
menekankan kepentingan penguasa dari pada kepentingan rakyat jelata. Paradigma
penguasa dalam bongkar pasang kurikulum adalah hal yang lumrah. Setiap ganti
menteri seakan ganti kurikulum itulah idiom yang berkembang dimasyarakat kita
selama ini. Cara berpikir penguasa selalu lekat dengan politik golongan.
Seharusnya pendidikan untuk memanusiakan manusia bukan pendidikan untuk
kepentingan penguasa. Namun pada kenyataan selama ini, dunia pendidikan hanya
sebagai tempat penguasa untuk menanamkan pengaruhnya kepada masyarakat luas.
Nilai-nilai pendidikan menjadi semakin luntur dengan adanya
kepentingan-kepentingan politik di dalamnya. Pendidikan
merupakan ideology paling seksi untuk melakukan doktrinisasi-doktrinisasi
penguasa. Selera penguasa dalam meramu kurikulum akan melahirkan cara pandang
berbeda dalam berpendidikan. Dunia pendidikan dibentuk sesuai dengan
kepentingan sesaat dan sempit. Selera pendidikan yang demikian akhirnya membuat
implementasi pendidikan menjadi terhambat dengan sedemikian rupa. Siapa yang
berkuasa, maka akan mudah memberlakukan pendidikan sebagai proyek kepentingan
penguasa dan kekuasaan. Pendidikan selalu ditopangi semangat sektoral sehingga
membuat tujuan pendidikan yang memerdekakan sekaligus mencerahkan menjadi
gagal. Bongkar
pasang kurikulum hanya akan lebih dekat kepada ranah bentuk (form) bukan pada
isi (content). Bongkar pasang kurikulum justru menciptakan ketidakjelasan
tujuan pendidikan yang sesuai dengan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Bongkar pasang kurikulum ibaratkan kelinci percobaan, yaitu penguasa
mencoba-coba melakukan rumusan konsep tentang bagaimana pendidikan harus
dibangun. Apakah rumusannya lebih baik atau tidak, itu merupakan persoalan
belakangan. Yang terpenting adalah memperlihatkan kepada masyarakat bahwa
penguasa berusaha bekerja dan bekerja. Kurikulum yang kemarin
saja belum selesai diterapkan, sudah muncul kurikulum baru. Seakan-akan setiap
kurikulum tidak berujung sampai klimaks. Guru adalah pihak yang paling dibuat
susah oleh pergantian kurikulum. Sebaik apapun kurikulum, dalam proses
implementasi di sekolah, semua tergantung oleh guru. Sebenarnya alangkah baik,
apabilapemerintah lebih memperhatikan terhadap kualitas dari pahlawan pembangun
insan cendikia ini. Padahal sebentar lagi, kekuasaan Presiden SBY akan segera
berakhir, apakah nanti akan terjadi pergantian kurikulum lagi? Mungkin waktu
yang akan menjawabnya nanti. Namun harapan perubahan kurikulum tersebut
sangatlah besar apabila mengacu sejarah perjalanan kurikulum di Indonesia. Pada akhirnya benar juga
prediksi awal kalau kurikulum bakal dirubah. Pada tanggal 5 Desember 2014,
Kurikulum 2013 dihentikan oleh menteri pendidikan yang baru, Anis Baswedan.
Sulit melepaskan masalah pendidikan dari dunia politik. Ganti pemerintahan dan
menteri seolah ganti pula kurikulum. Meski demikian ganti kurikulum merupakan
hal yang wajar, kalau terlalu sering itu bukanlah hal yang wajar. Kasihan
bapak-ibu guru dan anak didik yang harus segera menyesuaikan diri dengan
kurikulum baru.
3.
Peningkatan kualitas tenaga pendidik. Guru sebagai ujung tombak pendidikan
dituntut untuk memiliki kompetensi seperti yang diharapkan oleh UU dan
peraturan pemerintah. Tidak hanya itu guru harus aktif mengaktualisasi diri
yaitu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif, dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi
terbentuknya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat. Pemerintah secara
resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya
sebagai tenaga professional, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan karena guru sebagai agen pembelajaran merupakan ujung tombak
peningkatan proses pembelajaran di dalam kelas yang akan berujung pada
peningkatan mutu pendidikan. Dalam kondisi nyata ternyata keberadaan guru masih
banyak yang belum sesuai dengan harapan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang secara spesifik diuraikan dalam Permendiknas No. 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Kompetensi Guru. Untuk
mengatasi hal tersebut salah satu langkah yang telah dan banyak dilakukan
adalah pembentukan dan pemberdayaan MGMP. Selain MGMP, banyak cara yang bias
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dengan “goal akhir” adalah
meningkatnya kualitas peserta didik yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia seutuhnya. Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena
selain dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang
baik bagi anak didiknya, guru juga berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke
peserta didik. Itu semua demi terciptanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia yang semakin bagus. Tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) sebagai tenaga pembangunan antara lain ditandai dengan adanya unsur
kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau
kinerja yang baik secara perorangan maupun kelompok. Permasalahan ini akan
dapat diatasi apabila Sumber Daya Manusia (SDM) mampu menampilkan hasil kerja
produktif secara rasional dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan atau kualitas lembaga
pendidikan. Bahwasanya, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan sebagai ujung
tombak peningkatan kualitas SDM Indonesia. Tanpa pendidikan, akan semakin sulit
untuk bersaing. Saat ini, penerapan Kurikulum 2013 yang berfokus pada aktivitas
anak didik sebagai salah satu upaya untuk membentuk karakter serta kompetensi
SDM Indonesia sudah sangat bagus. Pemerintah Indonesia terus fokus dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat pada pendidikan salah satunya untuk
meningkatkan partisipasi wajib belajar 12 tahun dengan berbagai program
kebijakan. Dunia pendidikan, memiliki peranan penting agar membuat globalisasi
berlangsung dua arah dan bukan satu arah, atau hanya menjadi sekadar pasar
saja. Dunia pendidikan berperan untuk menyadarkan pola pikir masyrakat bahwa
untuk bisa bertahan ditengah persaingan tersebut diperlukan adanya kompetensi. Pendidikan
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Kutipan
Alenia Pertama Lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006). Untuk mencapai
tujuan sebagaimana yang dimaksudkan diatas peran serta guru sebagai ujung
tombak keberhasilan pendidikan sangat menentukan. Pada dasarnya guru, kepala
sekolah dan pengawas sekolah sebagai ujung tombak dalam mencapai prestasi dan
peningkatan mutu pendidikan yang dengan “goal akhir” adalah meningkatnya
kualitas peserta didik yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
seutuhnya. Ketiga komponen bertanggung jawab dalam hal peningkatan mutu dan
prestasi..
4.
Optimalisasi dan membuka ruang praktek
siswa. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia.
Dalam kenyataannya, pendidikan telah mampu membawa manusia ke arah
kehidupan yang lebih beradab. Pendidikan juga merupakan investasi yang
paling utama bagi bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang. Pembangunannya
hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan harus dipersiapkan untuk
menunjang pembangunan melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan
dalam pelaksanaannya yang diarahkan pada proses yang tertib, teratur, dan
terarah dengan media atau seni, yaitu manajemen. Manajemen merupakan seni untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Berdasarkan riil manajemen mampu mencapai tujuan organisasi dengan
cara mengatur orang lain. Apalagi, manajemen atau pengelolaan merupakan
komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan.Alasannya, tanpa manajemen, tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Lembaga pendidikan yang
menerapkan manajemen mutakhir bisa dikatakan merupakan lembaga pendidikan
modern.Begitu pula juka suatu lembaga atau institusipendidikan dikatakan maju
apabila mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang memadai berkaitan dengan
proses pendidikan ataupun akademik, baik yang secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam hal ini, yang berkaitan langsung dengan proses pendidikan,
seperti gedung, kelas, media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan
yang tidak berkaitan langsung, seperti halaman sekolah, kebun, taman, dan jalan
menuju sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber
daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah khusunya
dalam ruang praktek sekolah agar lebih maksimal lagi. Untuk itu, perlu
dilakukan peningkatan dan pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
5.
Merumuskan Mata pelajaran Muatan Lokal (Maple
Mulok) sekaligus ruang praktek untuk daerah dan sekolahan masing – masing.
Berdasarkan dari hasil analisis SWOT yang disesuaikan dengan visi – misi Kota Banjar.
Maksudnya Mata Pelajaran berbasis praktek disesuaikan dengan visi misi kota
Banjar. Mulok yang ada disekolahan kota Banjar ini jangan hanya berbasis kepada
Bahasa Sunda saja akan tetapi bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan Visi
Misi Kota Banjar berikut visi - misi kota Banjar “Dengan Iman dan Taqwa kita wujudkan Banjar Menuju Kota Agropolitan Termaju di Priangan Timur Jawa
Barat” dalam diskusi Kajian Ilmiah Kota Banjar yang
dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2017 di Jl. Gudang no 36 Toko Gordyn SJP
di kediamannya Kang Nana Supriatna tidak membahas keseluruhan tentang Visi –
Misi Kota Banjar akan tetapi hanya membahas tentang Kota Agropolitan.
Maksudnya adalah Kota Banjar juga berpeluang dikembangkan lebih luas ke bidang
bisnis berbasis pertanian (agrobisnis). Dengan berbagai indikator agropolitan
seperti Banjar menjadi kota agroindustri, jasa-jasa pertanian dan agrowisata,
menjadi pusat distribusi produk-produk pertanian, ditambah pula sebagai
kota jasa dan perdagangan. Nah mudah - mudahan dengan hasil dari Kajian Ilmiah
tadi malam bisa mendorong Dinas Pendidikan agar bisa merevisi Mulok atau
menambahkan Mulok dengan berbasis pada salah satu Visi Misi Kota Banjar menjadikan “Kota Agropolitan”. Kedepannya akan
juga dibahas bagaimana membuat kurikulum muatan lokal disekolah - sekolah yang
kaitannya dengan Banjar Kota Agropolitan.
Komentar
Posting Komentar